Pasca serangan Perancis oleh kelompok teroris ISIS, warga Muslim di berbagai Negara Eropa menerima pesan-pesan bernada kebencian. Ketua Islamophobia Register d Australia, Mariam Veiszadesh membenarkan bahwa serangan di kota Paris telah memicu peningkatan Islamofobia di Eropa.
Di Australia, sebuah poster promosi jasa telekomunikasi Optus yang ditulis dalam bahasa Arab ditarik warga dari pusat belanja di Sydney setelah adanya ancaman yang datang secara online. “Kami juga menerima laporan soal adanya mobil yang dikendarai keluarga Muslim dilempari batu di Melbourne,” ucap Vaiszadeh, seperti dilansir ABC, Rabu (18/11).
Kejadian lainnya terjadi di masjid Newscastle dimana sebuah pesan bertuliskan ‘Burn in Hell’ ditempelkan di pintu masjid. Serangan fisik pun terjadi di jalan-jalan.
Sementara warga Muslim Paris kabarnya bersatu saling mendukung demi meredam peningkatan islamofobia pasca serangan teroris itu. Mereka mengklaim diri bukan teroris lewat pesan di poster yang bertuliskan, ‘Saya Muslim, tetapi saya dikatakan seorang teroris dan ‘saya percaya Anda, apakah Anda percaya saya? Jika ya, peluk saya”.
Seorang pria Muslim Perancis malah beraksi dengan memakai serban di bagian kepala dan mengatakan kepada setiap orang bahwa dia adalah muslim tetapi bukan teroris. “Saya seorang Muslim, tetapi bukan teroris. Saya tak pernah membunuh orang lain karena agama melarang membunuh orang,” terang pria itu.
Aksi teroris ISIS yang mengatasnamakan agama memang menjadi dilema bagi umat Muslim. Sebab mereka berpendapat bahwa agama tidak menginjikan dan membenarkan tindakan membunuh orang tak berdosa. Tindakan keji yang dilakukan kelompok ekstrim tersebut dinilai sebagai kesalahan interpretasi terhadap kitab suci. Dengan itu, mereka berharap agar tindakan terorisme ISIS atas nama agama di berbagai negara bukan bagian dari ajaran agama Muslim.
Sumber : Tribun News/ABC/ls